MENGAGETKAN memang, tapi ya apa boleh buat. Karena kesehatan mata beliau, maka Kardinal Julius Darmaatmadja SJ
yang kini berusia 77 tahun memutuskan tidak akan berangkat ke Vatikan
memenuhi undangan Tahta Suci untuk Konklaf.
“Saya sudah mengundurkan diri sejak dua tahun lalu. Dan sekarang
kesehatan saya makin menurun, terutama mata menjadi susah melihat,” kata
beliau membuka wawancara melalui jaringan telepon ke selular
pribadinya.
“Saya merasa diri sudah tidak wangun (pantas) pergi ke sana
(Konklaf),” tandas mantan Uskup Agung Jakarta dan Uskup Agung Semarang
ini mengenai keputusan pribadinya tidak akan melawat ke Vatikan untuk
Konklaf.
Saat ini, sejak mundur dari jabatannya sebagai Uskup Agung Jakarta
tahun 2010, Kardinal Julius Riyadi Darmaatmadja SJ sekarang ini mengisi
hari-hari pensiunnya di Wisma Emmaus Girisonta, Karangjati, Ungaran
Selatan, Semarang.
Setelah hampir 26 tahun “meniti karir’ sebagai Uskup Agung di Diosis
Semarang dan Jakarta dan seakan-akan “keluar barisan” dari keanggotannya
sebagai seorang Jesuit, maka di masa purna bhaktinya ini Kardinal
mendapat tugas khusus dari Ordo Serikat Jesus atas dua hal penting yakni
mendoakan SJ dan Gereja Katolik Semesta.
Adalah lazim bagi para Jesuit sepuh lainnya di seluruh dunia yakni
bila sudah memasuki masa purna bakti maka tugasnya sebagai Jesuit hanya
satu: berdoa, berdoa, dan sekali lagi berdoa. Intensi doanya jelas yakni
demi Gereja Semesta dan demi Serikat Jesus.
Dan itulah hari-hari kini yang dijalani Kardinal Julius Riyadi Darmaatmadja SJ.
Informasi internal kiriman Romo Greg Soetomo SJ dari Majalah Hidup yang diterima Redaksi Sesawi.Net semakin
mempertegas keputusan Kardinal Julius Darmaatmadja SJ untuk tidak ke
Vatikan. Saat bertemu pribadi dengan Kardinal di Wisma Emmaus Girisonta
tanggal 15 Februari yang lalu, Romo Greg bertanya apakah beliau akan ke
Vatikan untuk Konklaf.
Dengan intonasi yang tenang,
Romo Kardinal menjawab, “Saya tidak berangkat. Kondisi mata saya tidak
memungkinkan saya bisa terlibat dengan baik di sana”.
Begitu tulisan Romo Greg sebagaimana diterima Redaksi Sesawi.Net, Rabu (20/2) malam.
Saya mengutip tulisan Romo Greg di Majalah Hidup edisi terakhir.
Tulis romo Jesuit asal Purwokerto ini kemudian: maka Kardinal lalu
memperlihatkan kepada Romo Greg Soetomo SJ sebuah teks misa dengan
huruf besar (font 22) di meja kerjanya.
Kepada Romo Greg, Kardinal Julius juga lalu menunjukkan bagaimana dia biasanya -membaca koran dan buku dengan menggunakan overhead projector, yang memantulkan dan memperbesar huruf dan bacaan.
Secepatnya dia akan mengirimkan surat pemberitahuan ketidakhadirannya ini ke Vatikan.
“Mohon jangan salah paham kalau
orang-orang melihat saya nampak masih gagah bisa berjalan dan pergi
kesana-kemari. Persoalannya bukan itu. Konklaf akan menuntut kerja mata
untuk membaca teks, bahan, aturan dan sebagainya. Padahal tidak boleh
ada pendamping siapapun untuk membantu saya dalam ruang konklaf,” tulis
Romo Greg dalam Majalah Hidup.
Apa perasaan Romo Kardinal yang spontan muncul mendengar Paus mengundurkan diri?.Begitu pertanyaan Romo Greg berikutnya.
“Saya bisa memahami keputusan beliau. Karena pengalaman itu pula yang
saya alami sekian tahun lalu ketika saya menjabat Uskup. Kekuatan saya
menurun. Kemampuan mata untuk membaca melemah. Padahal tugas saya pada
waktu itu sebagai Uskup Agung Jakarta menuntut kekuatan, kecepatan dan
kelincahan.”
Romo Kardinal mengungkapkan
bahwa dia sebenarnya sangat senang bisa berangkat ke Vatikan untuk
berperan-serta dalam pemilihan Paus. Tetapi dengan kondisi tadi, dia
memutuskan untuk tidak hadir.
“Untuk hal ini, saya sungguh meminta maaf pada Gereja Katolik di
Indonesia bahwa saya tidak bisa mewakili dalam peristiwa yang sangat
penting ini”.
Sakit mata serius
Ingatan Sesawi.Net kembali ke tahun 1988-an, ketika Kardinal
masih menjabat Uskup Agung Semarang dan waktu itu belum mendapat gelar
kehormatan sebagai kardinal dari Tahta Suci. Baru beberapa tahun
lamanya menjabat Uskup Semarang, kabar internal dari lingkungan SJ
menyebutkan bahwa Mgr. Julius mengalami sakit serius pada syaraf mata.
Untuk itu, segera dilakukan check menyeluruh atas kondisi daya kemampuan melihatnya di salah RS khusus mata terkenal di Jakarta.
Nah, atas saran seorang Jesuit yang memiliki jaringan pertemanan dan
koneksi di luar negeri, akhirnya Mgr. Julius berangkat ke
Massachussetts, AS, untuk melakukan pemeriksaan dan sejauh bisa diingat
barangkali juga melakukan operasi mata di sana.
Hasilnya lebih baik. Semula yang pernah diperkirakan akan mengalami
kebutaan, nyatanya beberapa tahun berselang kemudian beliau masih
berkarya total sebagai Uskup Agung Semarang selama 13 tahun dan kemudian
13 tahun lagi sebagai Uskup Agung Jakarta.
Photo credit:
- Sebuah foto album lama memperlihatkan Kardinal Julius Riyadi Darmaatmadja SJ ketika masih menjabat Uskup Agung Semarang tahun 1986-an hadir pada tahbisan Romo Warna Sunu Pr. Ikut terjepret dalam foto lama ini adalah (waktu itu) Romo Yohannes Pujasumarta Pr selaku Pastur Kepala Paroki Ganjuran Yogyakarta dan kini Uskup Agung Semarang (Ist);
- Kardinal Julius Darmaatmadja SJ dalam sebuah acara misa ritual Jawa di Gereja Ganjuran, Bantul, Yogyakarta (Romo Noegroho Agoeng Pr, Komsos KAS)
Sumber: Wawancara telepon dengan Kardinal dan sumbangan artikel dari Romo Greg Soetomo dalam Majalah Hidup edisi terakhir.