Tritunggal dan Triteisme

Tritunggal dan Triteisme
  
Sahabat saya yang beragama Islam mengatakan bahwa Bunda Maria adalah salah satu Allah dalam Tritunggal Mahakudus. Mengapa ada ajaran yang demikian? Mohon penjelasan tentang pengertian Tritunggal.

Albertus Fajar Mulyono, Pamekasan

Pertama, perlu diperhatikan bahwa ajaran tentang Tritunggal Mahakudus tidak sama dengan ajaran tentang adanya tiga Allah. Ajaran tentang Tritunggal Mahakudus mengatakan bahwa hanya ada SATU Allah dalam TIGA pribadi. Ketiga Pribadi itu ialah Bapa, Putera dan Roh Kudus. Dalam arti ini Gereja sangat memegang teguh monoteisme, artinya hanya ada satu Allah. Adanya tiga pribadi ilahi itu tidak sama dengan adanya tiga Allah. Sedangkan ajaran tentang adanya tiga Allah disebut Triteisme, bukan Tritunggal. (uraian tentang Tritunggal, lihat HIDUP 2007 no. 22, 3 Juni 2007) Baik Kitab Suci Gereja Katolik maupun Alquran menentang Triteisme ini. Alquran menentang dengan keras ajaran Triteisme, seperti nampak dalam ayat berikut: ”Hai Isa putera Maryam, adakah engkau mengatakan kepada manusia, ‘jadikanlah aku dan ibuku menjadi dua Tuhan selain Allah?’” (Sura 5:116). Ayat ini hendak menegaskan bahwa hanya ada satu Allah.
Kedua, dari ayat di atas secara implisit nampak pengertian Alquran tentang Tritunggal, yaitu Allah Bapa, Isa dan Maryam. Bagaimana terjadinya salah pengertian ini? Para ahli menunjukkan beberapa hipotese: a) dalam lingkungan Nabi Muhammad SAW, orang Kristiani sendiri memandang Maryam sebagai Allah. Misalnya, Uskup Epifanius, pada abad IV mengatakan bahwa di negeri Arab, ada wanita-wanita yang menghormati Maria sebagai Allah. b) Orang-orang Kristiani begitu tinggi menghormati Maria, sehingga orang-orang lain menafsirkan hal itu sebagai penyembahan kepada Allah. c) Nabi Muhammad SAW sudah mendengar tentang ajaran Tritunggal. Ia mengidentifikasikan Roh Kudus dengan Isa, Kemudian, sebagai tokoh ketiga diidentifikasinya sebagai Maryam. Karena itu, banyak saudara-saudari Islam yang yakin bahwa orang-orang Katolik menghormati Maryam sebagai Allah. Tidak mudah mengubah keyakinan ini.

Ketiga, Sa’id Nafi Ilam dalam bukunya Clear Proofs from the Koran berpendapat bahwa dalam Sura 2:253 (Sapi betina) secara implisit diungkapkan apa yang kita mengerti sebagai Tritunggal: ”Dan Kami beri Isa putra Maryam beberapa keterangan (mukjizat) serta kami perkuat Dia dengan Ruhulqudus.”

Dalam analisanya atas teks bahasa Arab tersebut, Sa’id membedakan adanya tiga pihak, yaitu Mu’ayyid (yang meneguhkan), Mu’ayyad (yang diteguhkan) dan Mu’- ayyad bi-hi (sarana yang digunakan untuk meneguhkan). Kata pertama (Mu’ayyid) merujuk kepada Allah, yang berkata ”Kami perkuat Dia (Yesus).” Orang Kristen menyebutnya Allah Bapa. Kata kedua (Mu’ayyad) merujuk ke Yesus, dalam kodrat insaninya. Inilah Isa yang dirujuk oleh Alquran sebagai kalima artinya Sabda Allah dan oleh orang Kristen disebut sebagai Yesus atau Allah Putera. Kata ketiga (Mu’ayyad bi-hi) oleh Alquran jelas disebut sebagai Roh Kudus dan oleh orang Kristen disebut sebagai Allah Roh Kudus. Adanya tiga pihak itu juga bisa kita lihat pada, misalnya, Lk 1:35; 3:21 dan Yoh 14:16.

Keempat, pengamatan Sa’id Nafi Ilam itu bisa kita bandingkan dengan pengertian Gereja Katolik, yaitu bahwa adanya tiga pihak tersebut kita sebut sebagai tiga pribadi, tetapi ketiga pribadi itu tidaklah membentuk tiga Allah.

Tentang relasi ketiga pribadi itu, Gereja Katolik mengajarkan bahwa dari Bapa berasal Putera. Putera ”dilahirkan” (Latin: generatio) dari Bapa dan bukan dijadikan. Karena itu Putera juga bersifat kekal, dan bukannya ciptaan. Istilah ”Bapa” dan ”Putera” di sini harus dimengerti secara analog. Artinya tidak bisa disamakan begitu saja dengan pengertian biologis. Dari Bapa dan Putera ”dihembuskan” (Latin: spiratio) Roh Kudus, melalui cintakasih mereka timbal-balik. Perjanjian Baru menyebut Roh itu sebagai ”Roh Bapa” (Mat 10:20) dan ”Roh Putera” (Gal 4:6). Roh Kudus dihembuskan dari keduanya.

Kelima, sebagai sarana untuk untuk mengerti, Santo Agustinus membandingkan adanya tiga Pribadi dalam satu kodrat Allah dengan pribadi manusia, yaitu bahwa manusia yang satu itu mempunyai tiga kemampuan, akal budi, kehendak, dan kasih.

Ketiganya bisa dibedakan dan tidak disamakan, tetapi ketiganya termasuk dalam satu pribadi manusia. Seringkali digunakan juga perbandingan yang mirip, yaitu adanya api yang mempunyai tiga kemampuan, yaitu panas, cahaya dan kekuatan, misalnya untuk menggerakkan lokomotif. Perbandingan-perbandingan ini bisa membantu tetapi tetap harus disadari bahwa tidak ada sarana bantuan yang duniawi ini mampu menggambarkan Allah secara sempurna.

Pastor Dr Petrus Maria Handoko CM

Sumber : Hidup Katolik.Com